Prosa SMA (8)

Maaf. Perkiraanmu kurang tepat. Diamku bukan perihal disalahkan atau tidak. Ini hanya tentang aku menerima atau tidak. Dan kupilih opsi tidak. Kita kawan. Aku tak ingin menjadi perusak. Pun kau sepertinya. Kita kawan. Sudah tak asing lagi dengan tawa yang dipalsukan. Sudah terbiasa dengan tanda tanya yang tak juga terpuaskan.

Bagiku keputusanmu semalam kurang tepat. Karena dia tak ingin hanya kau jadikan salah satu sarana. Itulah mengapa bagiku semua yang kau rencanakan akan sia-sia juga pada akhirnya. Dia mengharapkan yang nyata, dan kau justru mencurangi rasa sedemikiannya. Dia mengharapkan yang nyata, dan hadirku justru menumpas segala realita dalam asanya.

Maaf. Tapi yang kulakukan sudah cukup tepat untuk sekarang. Aku tak pantas campur tangan, apalagi sengaja membiarkan jemariku mengoyak batas antara angan dan fakta. Aku bukan siapa-siapa. Maka baiknya akan kupeluk ia dan kubisikkan canda-canda penuh duka. Aku bukan siapa-siapa. Maka baiknya akan kutatap seruanmu dan kuajak ia terbang dengan kepak penuk luka.

 

tertawa.

150216, 09:42 AM

Leave a comment